Yuk kita simak kisah perjalanan ibu Zulfajra!
Menjadi guru adalah cita-citanya sedari kecil, mungkin karena ia dibesarkan dalam keluarga besar guru sehingga ingin menjadi figur guru menjadi begitu dekat baginya. Beliau adalah seorang guru non PNS yang memulai hobi mengajarnya sejak awal tahun 2010 di sebuah SMK di Kota Lhokseumawe.
Ia mengajar mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) karena ia merupakan lulusan FKIP Biologi Universita Syiah Kuala, Banda Aceh. IPA adalah adalah pelajaran yang sangat ia sukai sedari kecil karena ibunya juga adalah seorang guru IPA.
Pada tahun 2013, Dinas Pendidikan Aceh berkerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung membuat sebuah perjanjian kerja sama untuk peningkatkan sumber daya pendidikan untuk sekolah-sekolah luar biasa (SLB) dan juga untuk sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.
Dinas Pendidikan Aceh membuka peluang beasiswa bagi guru-guru yang berlatar belakang pendidikan umun untuk dikuliahkan kembali mengambil program SI Pendidikan Khusus di UPI Bandung selama 2 tahun. ALHAMDULILLAH setelah mengikuti beberapa proses seleksi, ibu Zulfajra dinyatakan lulus beasiswa dan duduk kembali menjadi seorang mahasiswa dan menikmati ilmu baru yaitu ilmu pendidikan khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Babak baru dimulai kembali dan baginya apapun yang dipelajari harus berarti, bukan sekedar ikut-ikutan atau nyasar karena tidak ada pilihan. Ia menyadari bahwa ini adalah sebuah ketetapan dari yang Maha Kuasa yang harus ia jalani. Ia terpilih untuk menjadi pendidik anak-anak istimewa yang telah ALLAH pilih dari rahim-rahim ibu terpilih.
Tahun 2015 ia menyelesaikan pendidikannnya. Telah sah menggelar Sarjana Pendidikan Khusus (S.Pd) dari UPI, salah satu universitas pendidikan terkemuka di Indonesia. Ibu Zulfajra lulus dengan predikat terbaik tiga besar di angkatannya. Amazing kan??? Sejak kelulusan, tugas mengajar pun bertambah, ia hilir mudik mengajar di SLB saat jam pagi dan mengajar di SMK saat jam mengajar siang. Sangat melelahkan tapi ia sangat menikmati kedua peran yang berbeda pendekatan pembelajarannya itu.
Tahun 2017, saat perubahan manajemen SMA, SMK dan SLB beralih di bawah naungan Dinas Pendidikan Provinsi Aceh membuat ia harus memilih salah satu tempat mengajar. Rasanya itu menjadi pilihan paling sulit baginya.
Satu sisi ia merasa sangat puas dengan caranya mengajar di SMK, namun di sisi lain SLB juga membuatnya sangat bahagia dan nyaman, profesi penuh berkah karena berada di tengah-tengah anak berkebutuhan khusus. Baginya, saat itu adalah masa yang sangat berat, yang penuh dengan guncangan emosional karena ia harus memilih, menjadi guru SMK atau guru SLB.
Ia meminta petunjuk dari ALLAH. Hari demi hari ia tidak berhenti melakukan shalat istiqarah memohon kepada yang Maha Membolak-balikkan hati untuk menetapkan hatinya pada satu pilihan yang pasti. Seakan ALLAH menjawab do’anya melalui sebuah ketukan hati yang menggerakkan hatinya untuk memilih menjadi SLB.
Baginya, ada hal yang sangat berharga di sana yaitu rasa syukur mendalam yang setiap saat datang. Bersyukur pada ALLAH atas semua kelengkapan fisik dan mental yang dimiliki sungguh tak terbeli. ALHAMDULILLAH, akhirnya SLB tempat saya mengajar adalah SLB Negeri yang pertama di kota Lhokseumawe yang saat itu baru saja diresmikan. Tantangan baginya dan teman-temannya seprofesi yang semuanya berstatus Non PNS untuk merintis sekolah ini menjadi sekolah terbaik bagi anak-anak berkebutuhan khusus generasi bangsa Indonesia.
Bersambung … Guru SLB yang Mengharumkan Nama Aceh di Tingkat Nasional
Baca juga:
Cita-cita "Mike Tyson" jadi Guru
“Mike Tyson" jadi Guru Berprestasi
Post a Comment for "Guru SLB Aceh yang Inspiratif. Ini Profilnya! "