Namaku Istiarsyah. Mike Tyson adalah julukanku saat ku kecil. Gendut, hitam, nakal, pokoknya lengkap deh. Saya dan keluarga hidup di sebuah desa yang jauh dari perkotaan.
Kami tinggal di komplek perumahan perkebunan kelapa sawit tempat ayah saya bekerja.
Ibu saya tidak tamat Sekolah Dasar (SD) dan sehari-hari bekerja menjual es campur, sedangkan ayah wira swasta tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kami empat bersaudara, Sri Wahyuni, saya, Reza Aulia, dan si bungsu Yulia Aulina.
Saat itu di desa saya, pendidikan bukanlah sebuah keutamaan, karena yang menjadi sebuah keutamaan adalah ketika mereka dapat bekerja dan mendapat penghasilan.
Jadi wajar, jika banyak teman-teman dan masyarakat di desa saya yang tidak melanjutkan pendidikan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kebanyakan dari mereka menjadi buruh kasar di sebuah perusahaan kelapa sawit.
Ayah saya adalah seorang Ketua Tata Usaha (KTU) di perkebunan kelapa sawit PT. Patria Kamoe. Jadi, beliau sering pergi Medan menghadap kantor induknya untuk masalah yang berkaitan dengan keuangan.
Ayah saya adalah seorang Ketua Tata Usaha (KTU) di perkebunan kelapa sawit PT. Patria Kamoe. Jadi, beliau sering pergi Medan menghadap kantor induknya untuk masalah yang berkaitan dengan keuangan.
Apabila ayah ke Medan, saya sering diajak untuk menemani ayah, sekalian mengunjungi saudara disana.
Saya dan ayah sering naik bus Pelangi untuk perjalan ke Medan.
Cerita tentang sebuah cita-cita berawal dari sini. Ketika teman-teman dan guru menanyakan tentang citi-citaku, spontan aku menjawab, “Dedek mau jadi supir bus.” Inilah jawaban ketika saya duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar.
Cerita tentang sebuah cita-cita berawal dari sini. Ketika teman-teman dan guru menanyakan tentang citi-citaku, spontan aku menjawab, “Dedek mau jadi supir bus.” Inilah jawaban ketika saya duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar.
Mungkin kebanyakan anak-anak sekarang apabila bila ditanya tentang cita-cita mereka, banyak yang akan menjawab ingin menjadi dokter, polisi, arsitektur, dan lain sebagainya.
Ketika duduk di bangku SD, saya adalah termasuk salah seorang murid yang lambat dalam memahami pelajaran yang diberikan guru. Saya baru lancar membaca ketika duduk di perhitungan kelas 3, dan perkalian ketika duduk di bangku kelas 5.
Anak malas, aneuk batat, dan bodoh sering terucap dari bibir beberapa guruku saat itu. Saya tidak marah dan sakit hati karena yang mereka ucapkan benar. Hehehe
Apabila masuk pelajaran matematika, saya sering kena jatah berdiri di bawah tiang bendera, buka baju dan berjemur di bawah terik matahari.
Ketika pembagian rapor kelas 3, saya dinyatakan naik ke kelas 4 dengan catatan “naik percobaan”, walapun dulu saya tidak begitu paham dengan istilah itu, yang penting bagi saya adalah saya naik kelas.
Cita-citaku yang dulunya ingin menjadi seoarang supir bu, kini telah berubah. Ketika orang bertanya, “Cita-cita Dedek ingin jadi apa? dengan rasa bangsa saya menjawab, “Dedek ingin menjadi guru seperti bu Erlinawati”.
Bersambung.. "Mike Tyson" jadi Guru Berprestasi"
Baca juga:
Guru SLB Aceh yang Inspiratif. Ini Profilnya!
Guru SLB yang Mengharumkan Nama Aceh di Tingkat Nasional
Saya juga menyadari, jawaban anak-anak sekarang itu mengikut perkembangan zaman. Begitu juga dengan anak saya Fatihatul Alifiya berumur 9 tahun, dan Muhammad Fathan Ayyasy bermur 7 tahun, ketika ditanya tentang cita-cita mereka, jawaban tidak seperi ayahnya yang ingin menjadi seorang super bus.
Ketika duduk di bangku SD, saya adalah termasuk salah seorang murid yang lambat dalam memahami pelajaran yang diberikan guru. Saya baru lancar membaca ketika duduk di perhitungan kelas 3, dan perkalian ketika duduk di bangku kelas 5.
Anak malas, aneuk batat, dan bodoh sering terucap dari bibir beberapa guruku saat itu. Saya tidak marah dan sakit hati karena yang mereka ucapkan benar. Hehehe
Apabila masuk pelajaran matematika, saya sering kena jatah berdiri di bawah tiang bendera, buka baju dan berjemur di bawah terik matahari.
Begitu juga dengan pelajaran-pelajaran lain, saya sering kena strap berdiri satu kaki tangan memegang telinga. karena saya lambat dalam mencerna pelajaran, di samping itu juga karena saya sering bertingkah suka mengganggu teman di kelas.
Ketika pembagian rapor kelas 3, saya dinyatakan naik ke kelas 4 dengan catatan “naik percobaan”, walapun dulu saya tidak begitu paham dengan istilah itu, yang penting bagi saya adalah saya naik kelas.
Sepulang dari sekolah saya berlari memanggil ibu dangan mengatakan, “Maaaaaakkkkk, Dedek naik kelas mak, tapi kata pak Seri (wali kelas saya) naik percobaan.”
Dengan senyuman manis ibu menjawab, “Alhamdulillah, pintar anak muda mamak. Adek rajin-rajin belajar ya, kan udah kelas 4 sekarang”.
Setelah libur sekolah selesai, kami pun mulai masuk sekolah. Mencari kelas baru dan juga temapat duduk yang baru.
Setelah libur sekolah selesai, kami pun mulai masuk sekolah. Mencari kelas baru dan juga temapat duduk yang baru.
Setalah jam istirahat, kami semua berkumpul di lapangan karena kepala sekolah akan mengumumkan beberapa hal penting di tahun ajaran baru.
Tibalah pengumuman pembagian wali kelas, ternyata ibu Erlinawati menjadi wali kelas kami yang baru.
Saya tidak begitu mengenal bu Erlinawati, karena beliau tidak pernah masuk di kelas saya yang dulu, tapi beliau sering mengajar di kelas 4, 5 dan 6.
Informasi yang saya dengan dari teman-teman, ibu Erlinawati termasuk guru yang kejam dan di takuti.
Bu Erlinawati adalah sosok guru yang tegas, disiplin, dan penug tanggung jawab.
Bu Erlinawati adalah sosok guru yang tegas, disiplin, dan penug tanggung jawab.
Alhamdulillah waktu di kelas 4 saya terpilih untuk menjadi ketua kelas.
Saya diberikan tanggung jawab penuh sebagai ketua kelas. Bu Erlinawati mengatakan bahwa saya harus menjaga kebersihan kelas, menjaga suasana kelas ketika tidak ada guru, dan kapur tulis dan air cuci tangan guru selalu disediakan.
Dalam hati saya berkata sebelum ini belum ada guru yang memberi kepercayaan sedemikian rupa terhadap saya.
Ibu Erlina sering menegur saya, meningngatkan saya untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dan untuk mengulang kembali pelajaran yang diberikan.
Ibu Erlina sering menegur saya, meningngatkan saya untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dan untuk mengulang kembali pelajaran yang diberikan.
Dia sering membimbing saya dalam membaca cepat, mengenalkan konsep penjumlah, pengurangan dan juga perkalian. Pada jam istirahat beliau sering mengajak saya untuk membaca di kantor.
Sepertinya semua kegiatan saya dan perkembangan saya selalu dipantau. Tiada hari tanpa bimbingan dan tiada hari tanpa senyum dan nasehatnya.
Kesabarannya dalam membimbing membuat saya termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan prestasi.
Alhamdulillah waktu pembagian rapor kenaikan kelas, saya mendapat peringkat ke 3 dari 34 siswa, dan baru kali ini saya mendapatkan hadiah beruba perlengkapan tulis atas prestasi yang telah saya raih.
Ibu Erlinawati mengucapakan selamat kepada saya, dan memeluk saya seraya berkata “rajin-rajinlah belajar dan jangan cepat putus asa. Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang banyak”.
Nasehat ini membuat air mata saya berlinang. Saya cium tangan ibu guru yang selama ini telah mengajar dan membimbingku dengan penuh kesabaran.
Cita-citaku yang dulunya ingin menjadi seoarang supir bu, kini telah berubah. Ketika orang bertanya, “Cita-cita Dedek ingin jadi apa? dengan rasa bangsa saya menjawab, “Dedek ingin menjadi guru seperti bu Erlinawati”.
Bersambung.. "Mike Tyson" jadi Guru Berprestasi"
Baca juga:
Guru SLB Aceh yang Inspiratif. Ini Profilnya!
Guru SLB yang Mengharumkan Nama Aceh di Tingkat Nasional
Saya terharu..sampai berlinang air mata dg cerita pak Mike Tyson, dari cerita itu byk hal yg dapat kita petik sebagai pelajaran antara lain ttg sosok Guru, lingkungan yg membuat kita berani punya dream Biq. dan msh byk hal2 lainnya....ya sdh lah sy ga mau sok2 hebat, akhir kt slmt untuk Mike Tyson
ReplyDeleteTerima kasih bapak. Cita-cita mulia untuk menjadi guru. Guru adalah sebuah profesi yang melahirkan semua profesi.
DeleteMohon motivasi dan bimbingannya
Semoga Allah berikan rahmat dan karunia nya kpd bapak dedek
ReplyDeleteAamiin yaa Rabbal 'aalamiin.
DeleteDo'a terbaik untuk pak Sabaruddin sekeluaga.
Terima kasih bapak. Mohon motivasi dan bimbingannya