Seorang ibu ditemanin suaminya hendak belanja HP di pasar Brunun. Penjual "Ibu mau beli HP, ini bagus,. Oya untuk siapa bu? Tanya pelayanan toko. " Untuk anak, sekarang semua harus ada HP", Jawab ibu.
Padahal anak kami nggak pernah kasih HP bulan ia belum kuliah, walah sekarang SMA harus ada HP. Katanya untuk belajar, jelas ibu kepada pelayan toko.
Padahal anak kami nggak pernah kasih HP bulan ia belum kuliah, walah sekarang SMA harus ada HP. Katanya untuk belajar, jelas ibu kepada pelayan toko.
Sumber gambar: jurnalpresisi.pikiran-rakyat.com |
Sambil melihat HP dalam rak, si ibu terus cerita. Padahal anak kami empat orang, yang kami kasih HP hanya si abang yang pertama itupun karena sudah kuliah. Sedang nomor dua baru bulan lalu kami beli oppo, itupun karena ia sudah tamat MAN model Banda Aceh. Ia sudah lulus kuliah di UIN Ar Raniry. Wajar ia punya HP.
Minggu ini si abang nomor tiga harus beli juga, padahal ia baru kelas II salah satu SMK di Pidie. Kami dengan tidak merasa nyaman namun kami harus beli untuk dia. Pasalnya sekolah dia dulunya belajar tatap muka. Dalam minggu ini semua sekolah di Pidie sudah BDR, cerita Ibu.
Yang ini bagus bu? Kata penjual. Berapa dan apa beda dengan ini, sambil ibu tunjuk salah satu merek lain.
Ooo, yang ini Ram 4 Giga, fosesor besar harga 2.5 juta kalau itu 3.5 juta kata pelayan toko. Ibu mau yang mana? tanya penjual.
Kami pilih yang 2.5 juta saja, karena uang kami segitu, itu pun uang hasil kami jual kambing kemarin.
Satu ekor kambing untuk satu HP yah ya, kata ibu pada suaminya berdiri disamping. Si gadis pelayan toko tersenyum tersimpu mendengar kata kata ibu.
Begitu besar pengorbanan orang tua terhadap pendidikan anaknya. Begitu juga pengorbanan orang tua saya kepada saya. Saya tidak akan mengecewakan orang tuaku walau aku sekarang jadi kuli di toko ini. Aku bisa seperti ini juga karena pengorbanan orang tuaku menyekolahkan ku dulu, kalau orang tuaku tidak berkorban untuk ku, aku pasti tidak bisa kerja disini. Terima kasih ayah, Terima kasih mama, tanpa pengorbananmu aku tidak seperti ini.
Minggu ini si abang nomor tiga harus beli juga, padahal ia baru kelas II salah satu SMK di Pidie. Kami dengan tidak merasa nyaman namun kami harus beli untuk dia. Pasalnya sekolah dia dulunya belajar tatap muka. Dalam minggu ini semua sekolah di Pidie sudah BDR, cerita Ibu.
Yang ini bagus bu? Kata penjual. Berapa dan apa beda dengan ini, sambil ibu tunjuk salah satu merek lain.
Ooo, yang ini Ram 4 Giga, fosesor besar harga 2.5 juta kalau itu 3.5 juta kata pelayan toko. Ibu mau yang mana? tanya penjual.
Kami pilih yang 2.5 juta saja, karena uang kami segitu, itu pun uang hasil kami jual kambing kemarin.
Satu ekor kambing untuk satu HP yah ya, kata ibu pada suaminya berdiri disamping. Si gadis pelayan toko tersenyum tersimpu mendengar kata kata ibu.
Begitu besar pengorbanan orang tua terhadap pendidikan anaknya. Begitu juga pengorbanan orang tua saya kepada saya. Saya tidak akan mengecewakan orang tuaku walau aku sekarang jadi kuli di toko ini. Aku bisa seperti ini juga karena pengorbanan orang tuaku menyekolahkan ku dulu, kalau orang tuaku tidak berkorban untuk ku, aku pasti tidak bisa kerja disini. Terima kasih ayah, Terima kasih mama, tanpa pengorbananmu aku tidak seperti ini.
Saya berharap kepada semua adik adik yang membaca tulisan ini, jangan sia siakan pengorbanan orang kalian, hargai pengorbanan orang tuamu, demi kamu, ia mau melakukan apa saja demimu.
Sekolahlah yang benar, hasil pendidikanmu bukan untuk orang tuamu apalagi orang lain. Hasil pendidikan mu hanya untuk mu, untuk anak dan istrimu, untuk anak dan suamimu. Berjuanglah untuk mu.
Sekolahlah yang benar, hasil pendidikanmu bukan untuk orang tuamu apalagi orang lain. Hasil pendidikan mu hanya untuk mu, untuk anak dan istrimu, untuk anak dan suamimu. Berjuanglah untuk mu.
Tulisan ini diambil dari dinding FB Bapak Abdul Hamid, seorang motivator pendidikan, seorang pendidik generasi bangsa yang kini menjabat sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Sabang, Aceh, Indonesia.
Post a Comment for "Jeritan Hati Orang Tua Ketika HP Menjadi Tuntutan untuk Belajar Daring Saat Pandemi Covid-19"