SLB Vokasional Muhammadiyah Bireuen selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
Kita mengetahui bahwa setiap peserta didik miliki karakteristik yang berbeda, kemampuan yang berbeda, kebutuhan yang berbeda, program pembelajaran yang berbeda, serta program pengembangan prioritas setiap individu yang berbeda.
Seperti halnya anak-anak dalam keluarga kita, setiap mereka mempunyai keunikan masing-masing, dan juga gaya belajar yang berbeda-beda. Nah, jika seorang guru memaksakan satu program pembelajaran untuk semua peserta didik dalam satu kelas, maka jangan terkejut jika tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak tercapai secara maksimal.
Untuk diketahui bersama bahwa ada keterkaitan IQ anak dengan Cronological Age (CA=umur sebenarnya) dan Mental Age (MA=umur mental). Ada anak yang memiliki CA 10 tahun (kelas 4 SD), namun MAnya berada pada usia 8 tahun (kelas 2 SD). Anak duduk di kelas 4, tapi mental belajarnya setara dengan anak di kelas 2. CA boleh sama, tapi MA anak berbeda-beda.
Logikanya, jika seorang guru merancang pembelajaran tanpa memperhatikan kondisi ini, maka jangan heran jika terucap kalimat "sudah kelas 4, tapi belum bisa ini, belum bisa itu, bodoh, dan sebagainya. Hal itu wajar terjadi, karena bagaimana seorang anak yang memiliki kemampuan belajar di kelas 2, tapi "dipaksa" mengikuti pelajaran siswa kelas 4.
Jika ini tidak diperhatikan, maka apa yang sering terjadi? Anak tidur di kelas, sebentar-bentar ke toilet, mengganggu teman, membuat keributan, dan sebagainya. Mengapa? Karena pelajaran yang diberikan tidak sanggup diterima oleh si anak.
Bapak ibu, jika kondisi ini tidak kita perhatikan, dan terus-menerus seperti ini, bukankah kita telah berbuat DZALIM kepada anak?
Gambar di bawah adalah contoh sederhana profil peserta didik di SLB Vokasional Muhammadiyah Bireuen. Setiap anak mempunyai profil masing-masing. Profil ini adalah penjabaran dari kegiatan identifikasi yang telah dilakukan. Tujuannya adalah agar program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik saat ini.
Kita mengetahui bahwa setiap peserta didik miliki karakteristik yang berbeda, kemampuan yang berbeda, kebutuhan yang berbeda, program pembelajaran yang berbeda, serta program pengembangan prioritas setiap individu yang berbeda.
Seperti halnya anak-anak dalam keluarga kita, setiap mereka mempunyai keunikan masing-masing, dan juga gaya belajar yang berbeda-beda. Nah, jika seorang guru memaksakan satu program pembelajaran untuk semua peserta didik dalam satu kelas, maka jangan terkejut jika tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak tercapai secara maksimal.
Untuk diketahui bersama bahwa ada keterkaitan IQ anak dengan Cronological Age (CA=umur sebenarnya) dan Mental Age (MA=umur mental). Ada anak yang memiliki CA 10 tahun (kelas 4 SD), namun MAnya berada pada usia 8 tahun (kelas 2 SD). Anak duduk di kelas 4, tapi mental belajarnya setara dengan anak di kelas 2. CA boleh sama, tapi MA anak berbeda-beda.
Logikanya, jika seorang guru merancang pembelajaran tanpa memperhatikan kondisi ini, maka jangan heran jika terucap kalimat "sudah kelas 4, tapi belum bisa ini, belum bisa itu, bodoh, dan sebagainya. Hal itu wajar terjadi, karena bagaimana seorang anak yang memiliki kemampuan belajar di kelas 2, tapi "dipaksa" mengikuti pelajaran siswa kelas 4.
Jika ini tidak diperhatikan, maka apa yang sering terjadi? Anak tidur di kelas, sebentar-bentar ke toilet, mengganggu teman, membuat keributan, dan sebagainya. Mengapa? Karena pelajaran yang diberikan tidak sanggup diterima oleh si anak.
Bapak ibu, jika kondisi ini tidak kita perhatikan, dan terus-menerus seperti ini, bukankah kita telah berbuat DZALIM kepada anak?
Gambar di bawah adalah contoh sederhana profil peserta didik di SLB Vokasional Muhammadiyah Bireuen. Setiap anak mempunyai profil masing-masing. Profil ini adalah penjabaran dari kegiatan identifikasi yang telah dilakukan. Tujuannya adalah agar program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik saat ini.
Profil pendidik memang sangat penting
ReplyDelete