Kurikulum Merdeka adalah salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada sekolah dan guru dalam menentukan isi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik.
Salah satu contoh penerapan Kurikulum Merdeka adalah dengan menggunakan model P5 (Problem-based learning, Project-based learning, Product-based learning, Process-based learning, dan Presentation-based learning).
Kurikulum Merdeka juga mengedepankan lima prinsip dasar, yaitu Pancasila, Pendidikan Karakter, Penguatan Literasi, Penguatan Kompetensi Abad 21, dan Penguatan Keterampilan Hidup.
Salah satu contoh penerapan Kurikulum Merdeka adalah dengan menggunakan model P5 (Problem-based learning, Project-based learning, Product-based learning, Process-based learning, dan Presentation-based learning).
Model P5 ini merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan dan kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah, membuat produk, mengembangkan proses, dan menyajikan hasil belajar.
Berikut adalah contoh penerapan model P5 dalam pembelajaran:
1. Problem-Based Learning:
Berikut adalah contoh penerapan model P5 dalam pembelajaran:
1. Problem-Based Learning:
Guru memberikan sebuah masalah yang relevan dengan materi pelajaran dan konteks nyata. Misalnya, guru matematika memberikan masalah tentang bagaimana menghitung luas dan keliling bangun datar yang tidak beraturan. Peserta didik diminta untuk mencari informasi dan strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri atau berkelompok.
2. Project-Based Learning:
2. Project-Based Learning:
Guru memberikan sebuah proyek yang menantang dan bermakna bagi peserta didik. Misalnya, guru bahasa Inggris memberikan proyek tentang bagaimana membuat sebuah buku cerita bergambar dalam bahasa Inggris. Peserta didik diminta untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek tersebut secara kolaboratif.
3. Product-Based Learning:
3. Product-Based Learning:
Guru memberikan sebuah produk yang harus dibuat oleh peserta didik sebagai hasil belajar. Misalnya, guru seni budaya memberikan produk tentang bagaimana membuat sebuah karya seni rupa dengan tema lingkungan. Peserta didik diminta untuk merancang, membuat, dan memamerkan produk tersebut secara kritis dan kreatif.
4. Process-Based Learning:
4. Process-Based Learning:
Guru memberikan sebuah proses yang harus dikuasai oleh peserta didik sebagai kompetensi belajar. Misalnya, guru IPA memberikan proses tentang bagaimana melakukan percobaan sederhana dengan bahan alami. Peserta didik diminta untuk mengikuti langkah-langkah percobaan tersebut secara akurat dan sistematis.
5. Presentation-Based Learning:
5. Presentation-Based Learning:
Guru memberikan sebuah kesempatan bagi peserta didik untuk menyajikan hasil belajar mereka di depan kelas atau audiens lainnya. Misalnya, guru IPS memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menyajikan hasil penelitian mereka tentang fenomena sosial di masyarakat. Peserta didik diminta untuk menyampaikan informasi dan argumen mereka secara jelas dan menarik.
Dengan menggunakan model P5 ini, pembelajaran dapat menjadi lebih bervariasi, menarik, dan bermakna bagi peserta didik. Selain itu, model P5 ini juga dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, berkomunikasi efektif, bekerja sama produktif, dan bertanggung jawab atas proses dan hasil belajar mereka.
Dengan menggunakan model P5 ini, pembelajaran dapat menjadi lebih bervariasi, menarik, dan bermakna bagi peserta didik. Selain itu, model P5 ini juga dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, berkomunikasi efektif, bekerja sama produktif, dan bertanggung jawab atas proses dan hasil belajar mereka.
Penjelasan dalam artikel ini sangat membantu. Jika Anda ingin mengembangkan media pembelajaran yang menarik, jangan ragu untuk melihat jasa media pembelajaran.
ReplyDelete